Wednesday, August 24, 2011

Gaya Kepemimpinan Transformasional VS Gaya Kepemimpinan Transaksional serta Hubungannya dengan Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan topik yang menarik untuk diperbincangkan, karena kepuasan kerja ini dipandang dapat mempengaruhi jalannya organisasi secara menyeluruh. Setiap organisasi mempunyai target untuk   mencapai kinerja  yang seoptimal  mungkin, sedangkan peningkatan  kinerja organisasi  yang  seoptimal  mungkin itu tidak  terlepas  dari  kepuasan  kerja  karyawan. Oleh sebab itu  kepuasan  kerja ini merupakan salah  satu  faktor  yang menentukan kinerja organisasi.

Locke (dalam Berry, 1998) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai emosi positif atau perasaan senang, yang merupakan hasil dari penilaian seorang  karyawan  terhadap  faktor  pekerjaan  atau  pengalaman-pengalaman kerjanya.  Menurut  Berry  (1998),  Spector  dan  Jex  (1991) karyawan  yang  memiliki  kepuasan  kerja  ditunjukkan  oleh  sikap  yang  tidak pernah  absen,  datang  tepat  waktu,  bersemangat  dan  memiliki  motivasi tinggi.

Sebagai  salah  satu  faktor  penentu  kinerja  organisasi,  kepuasan  kerja merupakan  faktor  yang  sangat  kompleks  karena  kepuasan  kerja  dipengaruhi berbagai  faktor,  di  antaranya  adalah  gaya  kepemimpinan  (Judge  dan  Locke, 1993).

Para ahli (misalnya Bass, 1990; Berry dan Houston, 1993); Burn dalam Pawar    dan    Eastman,    1997;    Eisenbach    dkk.,    1999;    Keller,    1992) mengemukakan  ada  dua  gaya  kepemimpinan  dalam  organisasi,  yakni  gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional.


Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional, Bass (dalam Howell dan  Hall-Merenda, 1999)    mengemukakan adanya empat karakteristik kepemimpinan transformasional, yaitu: 
1)   karisma, 
2)   inspirasional, 
3)   stimulasi intelektual, dan
4)   perhatian individual. 


Berdasarkan keempat karakteristik tersebut, maka Bass (1990) mengemukakan setidaknya ada tiga cara seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan:  
1)   mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha;
2)   mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok; dan 
3)   meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.

Menurut  Bycio  dkk.  (1995)  serta  Koh  dkk.  (1995),  kepemimpinan transaksional   adalah   gaya   kepemimpinan   di   mana   seorang   pemimpin menfokuskan  perhatiannya  pada  transaksi  interpersonal  antara  pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan  pada  kesepakatan  mengenai  klasifikasi  sasaran,  standar  kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.

Selanjutnya,  Bass  (1990)  dan  Yukl  (1998)  mengemukakan  bahwa hubungan  pemimpin  transaksional  dengan  karyawan  tercermin  dari  tiga  hal yakni: 
1)   pemimpin  mengetahui  apa  yang  diinginkan  karyawan  dan  menjelasakan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan; 
2)   pemimpin  menukar  usaha-usaha  yang  dilakukan  oleh  karyawan  dengan imbalan; dan 
3)   pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan  selama kepentingan tersebut sebanding   dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.  


Hasil Penelitian Marselius Sampe Tondok dan Rita Andarika (2004) adalah sebagai berikut:
·         Terdapat korelasi positif dan sangat signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja, dengan nilai r = 0,835; dan p < 0,01.
·         Terdapat korelasi negatif dan tidak signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan transaksional dan kepuasan kerja, dengan nilai r = -0,061; dan p  >  0,05.
·         Terdapat korelasi positif dan sangat signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan transaksional dan  transformasional dengan kepuasan kerja, dengan nilai r = 0,695; dan  p  <  0,01.

Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment